Bursa saham Asia melemah di awal pekan ini seiring ada sinyal
perlambatan hasil produksi industri China ditambah harga komoditas
kembali merosot. Harga minyak dan emas kembali jatuh, sedangkan dolar
Amerika Serikat (AS) kembali bangkit.
Indeks saham MSCI Asia Pacific turun 0,5 persen pada pukul 09.56
waktu Tokyo dengan indeks saham Jepang Topix tergelincir 0,6 persen.
Indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,2 persen. Hal ini diikuti indeks
saham Korea Selatan Kospi melemah 0,5 persen. Indeks saham Australia
merosot 0,2 persen.
Sentimen China mempengaruhi laju bursa saham Asia. Data manufaktur
China meluncur ke level terendah dalam lima bulan. Indeks manufaktur
turun ke level 50 pada Juli, di bawah harapan ekonom di kisaran 50,1.
Diperkirakan sektor manufaktur China mengalami kontraksi. Bursa saham
China pun tertekan sejak 2009 yang membuat pemerintah turun tangan untuk
mencegah bursa saham makin jatuh. Hal itu mengingat pertumbuhan ekonomi
China melembat.
"China akan menjadi kekhawatiran pada pekan ini. Kami melihat awal
sedikit negatif pada Agustus," ujar Evan Lucas, Analis IG Ltd, seperti
dikutip dari laman Bloomberg, Senin (3/8/2015).
Adapun harga komoditas pun cenderung tertekan pada awal pekan. Harga
emas jatuh ke level US$ 1.093,07 per ounce setelah naik 0,7 persen pada
Jumat pekan lalu. Selama Juli, harga emas melemah 6,5 persen, dan ini
terburuk sejak Juni 2015. Pelemahan harga emas itu dipicu dari prospek
suku bunga Amerika Serikat yang diperkirakan naik pada September
sehingga membuat pelaku pasar menarik investasinya.
Kemudian harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 0,6
persen menjadi US$ 46,84 per barel. Harga minyak Brent tergelincir 0,7
persen menjadi US$ 51,83 setelah turun 18 persen pada Juli.
0 comments:
Posting Komentar