Awas, Kanker Payudara

BADAN Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memprediksi akan terjadi lonjakan jumlah penderita kanker di Indonesia hingga tujuh kali lipat pada tahun 2030. Saat ini diketahui kanker payudara dan kanker serviks paling mendominasi.

Namun, dibandingkan kanker serviks, kasus baru kanker payudara di Indonesia menjadi kasus kematian tertinggi dengan angka 21,5 : 100.000. Yang memprihatinkan, 70% pasien baru datang ke fasilitas kesehatan pada stadium lanjut.

"Kanker serviks meski sudah relatif lebih rendah daripada kanker payudara tapi dua-duanya masih menakutkan," ujar Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) Kementerian Kesehatan Soehartati Gondhowiardjo saat konferensi pers Peringatan Hari Kanker Sedunia di Jakarta, Sabtu (4/2).

Salah satu upaya paling penting mengatasi kanker ialah dengan menerapkan pola hidup sehat. Berdasarkan data UICC dan WHO, 43% penyakit kanker dapat dicegah dengan mengurangi konsumsi tembakau, alkohol, mengikuti program vaksinasi, dan menjalani perilaku hidup bersih.

Namun, menurut Soehartati, masyarakat masih kerap menerima informasi yang kurang dapat dipertanggungjawabkan. Alhasil tidak sedikit penderita kanker justru memilih terapi alternatif hingga akhirnya datang terlambat ke pusat pelayanan kesehatan.

"Hal-hal seperti ini yang juga akan kita kampanyekan terus. Masyarakat harus diberikan informasi serta pemahaman yang tepat," tandasnya.

Di kesempatan yang sama, salah satu pendiri Yayasan HOPE Wulan Guritno menekankan pentingnya sebuah gerakan yang bisa menggugah kesadaran masyarakat untuk sadar dan peduli kanker. Pasalnya, penyakit tersebut seringkali masih dianggap biasa.

Padahal, bahaya kanker tidak menimpa penderitanya saja melainkan berdampak pada keluarga, lingkungan, bahkan negara. Data Kemenkes mencatat pengeluaran negara untuk kanker mencapai Rp144,7 miliar.


Blog, Updated at: 03.08

0 comments:

Posting Komentar

Popular Posts